Sabtu, 10 September 2011

Kisah Seorang Muslim dari Desa Marinding, Tana Toraja

Menjadi minoritas memang butuh perjuangan.  Semua keputusan yang diambil dengan kurang bijak, bias fatal akibatnya. Kali ini saya akan bercerita tentang kisah seorang Muslim minoritas dari salah satu sudut Selawesi Selatan, Desa Marinding kecamatan Mengkendek Kabupaten Toraja.

Sebagaimana yang kita ketahui pada umumnya mayoritas penduduk Tana Toraja beragama Kristen (baca: Nashara). Sebagaian kecilnya lagi adalah Islam. Namun di wilayah Mengkendek, bias dibilang jumlah penduduk Muslim lumayan besar bila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di kabupaten Toraja. Sekitar 23 Masjid tersebar di Kecamatan ini. Salah satunya adalah Masjid Al-Magfirah Tombong, Dusun Kandora, Desa Marinding. Didaerah ini ada 20 Kepala Keluarga yang beragama Islam.

Meskipun berbeda keyakinan, penduduk Toraja  bisas hidup berdampingan dengan rukun dan damai sampai sekarang, semoga begitu seterusnya, Amin. Hal inilah yang juga banyak menarik perhatian para peneliti  berdatangan ke bumi Lakipadada ini,baik lokal maupun luar Negeri.

Para penduduk memang hidup rukun, namun tidak berarti keyakinan diantaranya tidak saling mempengaruhi. Menurut hasil perbincangan saya dengan beberapa warga Desa Marinding, disana ada beberapa Muslim Muallaf, namun ada juga beberapa yang Murtad. Banyak factor yang mempengaruhi perpindahan Agama itu. Namun yang paling dominan sekitar 90% Muallaf di Daerah ini karena mereka menikah dengan seorang Muslim, jadi ikut keyakina suami mereka (Sebagian besar muallaf adalah wanita).

Adalah lelaki setengah baya yang akrab disapa Bapak Umar, beliau penduduk Asli Toraja, begitupun Istrinya. Diceritakan bahwa masa muda beliau dihabiskan untuk merantau. Ke Kendari, Luwu, Kalimantan, dan berbagai daerah lainnya. Sempat beliau “muartad” sampai akhirnya Ayahanda jatuh sakit. Ayahanda berpesan: “Saya tidak akan sembuh jika kamu tidak kembali masuk dalam dekapan Islam, karena hanya doamulah wahai anakku yang bisa menyembuhkan ayah.”

Bapak Umar Insyaf dan tergugahhatinya. Ada rasa tanggung jawab, ada beban moril yang ditanggungnya sebagai anak pertama dari saudara-saudaranya. Bapak Umar kembali bersyahadat. Syahadat yang sebenar-benarnya. Shalat tepat waktu,melaksanakan ajaran Islam sesuai tuntunan Syariat. Walhasil, Ayahanda diberi kesembuhan oleh Yang Maha Menyembuhkan dengan wasilah doa anak-anak yang shalih.

Kabar baik dari umat Islam di Desa Marinding ini adalah adanya pengajian rutin setiap Jum’at untuk bapak-bapak dan juga Ibu-ibu. Ini adalah salah satu langkah penguatan Aqidah yang bisa saja goyah kapan saja, karena tidak jarang ada muallaf yang kembali lagi ke agamanya yang dulu.

Allah-lah yang menggenggam hati- hati kita, dan Dia jualah yang membolak-balikkannya. Maka tak henti-hentinya kita meminta pada-Nya agar senantiasa istiqamah, menetapkan hati kita dalam rengkuhan kasih sayang Islam. Pun kita butuh ikhtiar, butuh saling menguatkan agar senantiasa Tsabat dalam Din, salah satunya dengan berkumpul dengan orang-orang Shalih dan juga kajian rutin setiap pekannyaز

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
 
(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)"

يا مقلب القلوب ثبت قلوبنا علىدينك