Politik apartheid sebagai
sebutan dari praktek rasisme merupakan hasil dari Pemilihan Umum
1948 yang dimenangkan oleh National Party. Senarnya ada empat
kategorisasi kelompok rasial berdasarkan warna kulit, yaitu hitam,
putih, berwarna dan India. Praktek ini mengerikan karena kaum berkulit
hitam yang sebenarnya mayoritas dan penduduk asli dianggap ‘bukan
manusia’. Segala pelayanan publik dibedakan, dengan warga Afrika Selatan
berkulit hitam menjadi warga negara kelas empat. Contohnya untuk
toilet, ada tiga jenis: lelaki, perempuan dan dipisahkan jauh di
belakang untuk “kulit hitam” dengan satu ruangan campur untuk lelaki dan
wanita. Itu belum lagi perlakuan seperti di pemukiman, bus, rumah
sakit, dan fasilitas umum lain. Warga negara berkulit hitam dianggap
sederajat dengan binatang. Tentara dan polisi juga ringan tangan bahkan
untuk membunuh. Mengerikan! Apartheid adalah perbudakan manusia di zaman
modern.
Nelson Mandela ditangkap dan dipenjara
oleh rezim penguasa selama 27 tahun. Ia mendapatkan nomor registrasi
tahanan nomor 466 ketika dipenjara tahun 1964 usai ditangkap tahun 1962.
Kode “tahanan 46664″ digunakan oleh penguasa juga rekan-rekannya untuk
berkomunikasi. Ini menginspirasi Joe Strummer & Bono untuk kelak
menciptakan lagu dan konser bertajuk “46664″ pada tahun 2000 sebagai
bagian dari kampanye penanggulangan AIDS di benua Afrika.
Dunia mengucilkan Afrika Selatan di era
apartheid. Termasuk Indonesia. Kita tidak memiliki hubungan diplomatik
dengan Afrika Selatan di masa pemerintahan apartheid. Dan Indonesia
termasuk negara yang aktif mendukung perjuangan pembebasan Afrika
Selatan dari politik rasisme, terutama melalui Gerakan Non Blok. Nelson
Mandela sendiri sangat menyadari ini. Sesudah ia dibebaskan dari penjara
Victor Verster pada tahun 1990, salah satu event internasional penting
yang kemudian dihadirinya adalah Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non
Blok di Jakarta dan Bogor tahun 1992. Acara ini mencatat rekor dunia
saat itu sebagai event internasional yang dihadiri para pemimpin negara
terbanyak di dunia, bahkan lebih banyak daripada Sidang Majelis Umum
PBB.
Sejak itu, Nelson Mandela dengan penuh
kesadaran mengenakan batik sebagai pakaian resminya. Di berbagai
kesempatan, ia selalu mengenakan batik. Termasuk saat melakukan
kunjungan kenegaraan ke negara-negara lain. Bahkan di saat negaranya
menjadi tuan rumah Piala Dunia 2008 dan ia menerima kunjungan delegasi
FIFA yang membawa serta World Cup trophy. Selain itu, Afrika Selatan
juga mendukung Indonesia saat kita hendak menjadi anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB dan Dewan HAM PBB.
Pengakuan atas kepahlawanannya datang
dari berbagai penjuru dunia. Terutama setelah politik apartheid akhirnya
dihapuskan sepenuhnya dari Afrika Selatan pada 1994, setelah
perundingan damai dimulai tahun 1990. Ia menerima anugerah Nobel
Perdamaian bersama Presiden Afrika Selatan terakhir yang berkulit putih
F.W. de Klerk pada tahun 1993. Amerika Serikat menganugerahkannya medali
“Presidential Model of Freedom”. Ia juga penerima terakhir “Lenin Prize
for Peace” dari Uni Sovyet sebelum negara itu bubar pada 1992.
Pemerintah Kanada, India, Pakistan, Libya, dan Turki juga
menganugerahinya penghargaan. Pemerintah kerajaan Inggris juga
menganugerahi gelar kebangsawanan Bailiff Grand Cross of the Order of
St. John dan medali Order of Merit. Bahkan PBB pada bulan November 2009
dalam Sidang Majelis Umum menjadikan hari lahirnya pada 18 Juli sebagai
“Mandela Day”. Para seniman juga menghormatinya dengan menciptakan karya
khusus untuknya. Termasuk musisi terkemuka Stevie Wonder dan U-2. Ada
pula film yang dibuat terinspirasi perjuangannya, antara lain Mandela and De Klerk (1993), Goodbye Bafana (2007), Invictus (2009), dan yang terbaru Mandela: Long Walk To Freedom (2013). Sementara proses perundingan pembebasan Afrika Selatan dari apartheid difilmkan di End Game (2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Nasehatnya, Jazakumullahu khair