Juni 2009
Hari pertama bertemu denganmu, kau tampak biasa-biasa saja di mataku,
bahkan bisa dibilang tidak menarik sama sekali. Kala itu, awal
perkenalan kita, awal membangun pondasi ukhuwah kita, berharap kita bisa
ta’awun karena nantinya kita akan terlibat dalam interaksi yang cukup
panjang.
Mulanya biasa-biasa saja, bahkan beribu kegamangan yang
tercipta dengan para penghunimu. Tapi aku yakin bahwa setiap orang yang
berinteraksi denganmu adalah pembelajar sejati, tidak menutup
kemungkinan mereka semua adalah mantan pemaksiat, sama halnya dengan
diriku. Satu yang perlu dipahami, setiap orang punya masa lalu, kita
tidak melihat itu. Yang kita nilai, berapa besar usaha kita untuk
berubah menjadi lebih baik. Membangun sebuah peradaban yang terlupakan.
Peradaban yang terkikis oleh hedonisme dan kediktatoran penguasa zaman
yang tidak bertanggung jawab. Kau hadir dengan penampilan biasa-biasa
saja, tapi yang kau tawarkan adalah misi yang sungguh luar biasa,
sangatlah mulia. Dan akupun terjebak dalam kekhawatiran, apakah aku bisa
menyertaimu menggapai cita-cita itu, terasa sangat berat dan sangat
besar. Kuyakinkan diriku, kita adalah apa yang kita pikirkan, where
there is a will, there is a way, HARAPAN itu masih ada. Aku harus
bangkit. ALLAHU AKBAR, innallaha ma’anaa.
Akupun mulai tertarik
padamu, dan ingin menjadi bagian dari dirimu, membangun peradaban yang
gilang-gemilang. Namun menjadi orang baik bukanlah perkara mudah, tak
semudah membalikkan telapak tangan, begitu kata teman-teman. Tentunya
kan ada banyak kerikil-kerilkil tajam yang kan senantiasa menemani
setiap langkah kita.
Aku jatuh cinta, pada semua hal tentang dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Nasehatnya, Jazakumullahu khair