Minggu, 11 Oktober 2009

PELANGI KAMPUS SYARI’AH

Juni 2009
Hari pertama bertemu denganmu, kau tampak biasa-biasa saja di mataku, bahkan bisa dibilang tidak menarik sama sekali. Kala itu, awal perkenalan kita, awal membangun pondasi ukhuwah kita, berharap kita bisa ta’awun karena nantinya kita akan terlibat dalam interaksi yang cukup panjang.

Mulanya biasa-biasa saja, bahkan beribu kegamangan yang tercipta dengan para penghunimu. Tapi aku yakin bahwa setiap orang yang berinteraksi denganmu adalah pembelajar sejati, tidak menutup kemungkinan mereka semua adalah mantan pemaksiat, sama halnya dengan diriku. Satu yang perlu dipahami, setiap orang punya masa lalu, kita tidak melihat itu. Yang kita nilai, berapa besar usaha kita untuk berubah menjadi lebih baik. Membangun sebuah peradaban yang terlupakan. Peradaban yang terkikis oleh hedonisme dan kediktatoran penguasa zaman yang tidak bertanggung jawab. Kau hadir dengan penampilan biasa-biasa saja, tapi yang kau tawarkan adalah misi yang sungguh luar biasa, sangatlah mulia. Dan akupun terjebak dalam kekhawatiran, apakah aku bisa menyertaimu menggapai cita-cita itu, terasa sangat berat dan sangat besar. Kuyakinkan diriku, kita adalah apa yang kita pikirkan, where there is a will, there is a way, HARAPAN itu masih ada. Aku harus bangkit. ALLAHU AKBAR, innallaha ma’anaa.

Akupun mulai tertarik padamu, dan ingin menjadi bagian dari dirimu, membangun peradaban yang gilang-gemilang. Namun menjadi orang baik bukanlah perkara mudah, tak semudah membalikkan telapak tangan, begitu kata teman-teman. Tentunya kan ada banyak kerikil-kerilkil tajam yang kan senantiasa menemani setiap langkah kita.














Aku jatuh cinta, pada semua hal tentang dirimu.