Selasa, 11 Mei 2010

SISTEM BMT DI INDONESIA

Pukul 10.00 wita, mahasiswa STIS Al-Azhar kelas Ekonomi semua angkatan telah berkumpul di Aula. Ditengah-tengah kami telah hadir Drs. Kusnadi Ali Patada, M.Ag, beliau hadir selaku narasumber pada Stadium General kelas Kajian Disiplin Ilmu (KDI) Ekonomi Syari’ah dengan tema “Sistem BMT di Indonesia”
Munawir Syam -EKIS 06- selaku moderator membuka majelis dengan bersama-sama menuntun peserta mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
Beliau memperkenalkan diri dan sebelum masuk pada pembahasan inti, beliau mengantar kami pada sebuah konsep hidup bahwa kita harus me-manage hidup kita agar hidup bisa lebih terarah dan tak tersesat. Dianalogikan ibarat pilot yang harus punya peta agar tak hanya berputar-putar di angkasa saja, sampai bahan bakar habis dan akhirnya jatuh....”bruukk”
Life Map, berisi tentang daftar tujuan hidup, bagaimana mewujudkan impian-impian kita di masa depan. Jangan pernah takut, banyak-banyaklah bermimpi karena mimpi itu gratis. Namun mimpi itu harus rinci, dan terukur. Bermimpilah! Karena Allah kan memeluk mimpi kalian.
Di dunia ini, tempat kita menyiapkan bekal untuk akhirat, kita mesti punya amalan unggulan. Karena Surga itu memiliki banyak pintu dan kita akan masuk melalui pintu-pintu yang sesuai dengan amalan unggulan kita.
“Ada pintu kebaikan yang mesti kita perkuat”
Dikisahkan, Abu Hurairah, salah satu sahabat Rasulullah saw masuk Islam belakangan namun beliau bisa memiliki amalan unggulan, beliau menjadi bayang-bayang Rasulullah saw selama 4 tahun dan kita ketahui sendiri beliau telah meriwayatkan banyak hadits.
Lalu apa amalan unggulan kita?
Salah satu buku yang direkomendasikan untuk dibaca yaitu “The Secret”
BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT)
Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) – menerima titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Baitul Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) – melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.
 Agar Sistem Ekonomi Islam bisa teraplikasikan secara Optimal, maka yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1.    Ekonomi Islam harus di back up dengan kerja intelektual/ilmiah.
Pesatnya perkembangan dunia usaha menuntut peran syari’ah, dalam hal ini para pelaku ekonomi terus meminta fatwa-fatwa hukum yang berkenaan dengan mamalah mereka. Dan  sekarang ini ulama-ulama kita sibuk mencari tikungan-tikungan syari’ah.
2.    Proses Pembudayaan
Kulturisasi dengan membangun budaya pekerja keras. Budayakan enterpreneurship dengan sistem ekonomi Islam. Ekonomi Islam harus menjadi cara berpikir dari Ekonomi. Kita memperkuat Muamalah dengan berasas pada agama kita. Islam. Bila menilik kembali peradaban dunia yang pernah ada, hampir semua peradaban besar dibangun atas nilai agama. Contohnya, Kapitalisme, yang di backing oleh paham protestan. Nilai-nilai yang menginspirasi mereka adalah nilai agama mereka. Begitu juga di Jepang, agama Shinto-lah yang menginspirasi mereka. Kunci keberhasilan usaha yang kita jalankan yaitu mesti ada proses kontemplating. Kontemplasi tentang penciptaan, bahwasanya hakikat semua yang ada di bumi ini hanya milik-Nya.
Mengapa orang-orang Cina banyak yang sukses? Hal ini karena mental-mental pedagang mereka. Mereka tidak suka menjadi orang gajian, kalaupun mereka menjadi karyawan, pasti tidak akan bertahan lama. Berbeda dengan bangsa Indonesia yang terlalu lama di jajah akhirnya bermental budak, hidupnya digantungkan hanya untuk menjadi orang gajian. Padahal Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa dari 10 pintu rezeki, 9 diantaranya yaitu berdagang.
Rasulullah saw sendiri pernah melakoni berbagai jenjang profesi dan di umur 40 tahun, Nabi telah berhasil sebagai seorang yang freedom of financial. Sudah jadi investor. Awalnya beliau magang, kemudian menjadi karyawan, manager, investor, owner, dan akhirnya freedom of financial.
Kultur enterpreneur harus kita miliki, Cina telah memilikinya.
3.    Legislasi
Kita butuh payung hukum. Indonesia telah menganut dual sistem banking. Ini menandakan ada perkembangan di bidang ekonomui
Di dunia ini ada orang-orang yang memiliki kelebihan dana (Surplus) dan dan ada pula yang kekurangan dana (defisit). Untuk mencapai kesejahteraan bersama maka harus ada yang menjadi intermediasi antara keduanya, kaum surplus dan kaum defisit.
Dari sinilah BMT mengambil peranan:
-          BMT adalah salah satu solusi yang mengintermediasi pihak surplus ke pihak defisit yang fokus pada perekonomian menengah ke bawah lebih kepada sektor riil
-          BMT juga melakukan pendampingan.
Makanya di BMT banyak lintas Ilmu (pertanian, peikanan, perkebunan, dll) karena kebutuhan pendampingan yang bersifat keilmuan dan kerohanian
Para pedagang kecil  banyak memulai usahanya dengan modal pendanaan dari BMT, hal ini disebabkan karena di BMT birokrasinya tidak rumit, tak perlu agunan, dll. Sebagian besar BMT juga sengaja memilih lokasi yang cukup strategis, yaitu menjamur di sekitaran pasar-pasar.
Untuk memajukan perekonomian, maka kita harus memperkuat sektor riil (Riil asset), kenyatannya perekonomian kita banyak bergerak pada financial asset. Akibatnya ekonomi menjadi menggelembung (buble economi), contohnya pemberlakuan uang kertas juga merupakan salah satu faktor. Karena nilai intrinsik yang tak sesuai degan nilai nominalnya. Sebebarnya ada tetapi seakan tidak ada.
Kelebihan pendanaan lembaga keuangan syari’ah adalah penagihan yang bersifat sinergistik yaitu lose and profit sharing. Berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yang bersifat antagonistik, yang dianggap ‘zhalim’ oleh ‘wong kecil’
Sekarang ini banyak BMT yang mengalami kerugian, salah satu penyebabnya adalah ketidak profesionalan karyawan dalam membedakan antara tabarru’ dan tijarah. Mereka merasa ‘tidak enak’ melakukan penagihan kepada para nasabah. Dari sini, kita bisa mengevaluasi kinerja karyawan BMT agar bisa lebih tegas dalam membedakan tabarru’ dan tijarah. Baik secara konsep maupun operasional.