Rabu, 06 Mei 2009

Resahan Hati BUNDA



















29 April 2009

Tadi pagi aku berpapasan dengan bunda. Matanya bengkak dan merah, suaranya parau. Bisa dipastikan dia baru saja menangis. Tentu bunda sangat sedih. Semingu lagi beliau tidak akan masak untuk kami lagi, mahasiswa Azhar center. Iba juga melihatnya begitu sedih. Aku bisa memahami perasaanmu bunda.
Malam hari giliranku ambil makanan di rumah bunda. Meski agak sangsi, aku berusaha bersikap seadanya seperti hari-hari biasanya. Anggap saja kalau tidak pernah ada kabar bahwa bunda tidak akan masak untuk kami lagi.
Tapi, ada yang lain dari mimik bunda. Tidak seperti biasanya. Aku juga tak sanggup menatap wajahnya. Wajah yang sudah dimakan usia itu terpancar kesedihan meskipun berusaha ia sembunyikan, matamu tak bisa berbohong bunda
Oh bunda… kau membuat kami serba salah.
Disatu sisi, kami ingin selalu dimasakkan olehmu, karena selama ini keberadaanmu sangat membantu kami, agar kami bisa lebih konsentrasi belajar.
Meskipun terasa berat, Tapi apa boleh buat. ini adalah kebijakan yayasan, dan kami yakin, inilah yang terbaik untuk kami, setidaknya untuk saat ini. Selain itu, alasan yang mendasar juga adalah untuk masa depan kami. Bagaimanapun, kami ini wanita, masa depan kami sebagian besarnya tergantung dapur-dapur kami nantinya. Jujur saja masih ada diantara kami akhwat azhar yang masih terlalu kreatif menanak nasi. Nasi tiga macam. Hangus, masak dan mentah. Ajaib kan?
Untuk meraih kesuksesan memang di butuhkan pengorbanan. Dan kali ini bunda harus ikhlas, merelakan kami, anak-anakmu, lebih mandiri, tidak bergantung terus padamu.
Terima kasih banyak bunda atas pengabdianmu selam 3 tahun ini. Engkau mengajari kami banyak hal, engkau juga memberikan warna bagi perjalan hidup kami. Mengenalmu adalah sebuah ni’mat yang tak akan kami lupakan. Kami hanya bisa berdoa, semoga Allah membalas semual kebaikanmu pada kami semua.
We Love U bunda….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Nasehatnya, Jazakumullahu khair