Jumat, 26 Juni 2009

Untuk Ustadzku, Najamuddin Mara Hamid, Lc, MA.


Ustadz…
Aku masih ingat begitu tawadhu dan merakyatnya dirimu. Siang itu setelah mengajari kami, membangkitkan semangat juang kami, kau langsung berbaur dengan masyarakat sekitar kampus. Menyalami mereka, duduk berdampingan dengan mereka pada sebuah rumah ronda yang sudah lapuk kayunya dan kumuh sekelilingnya. Begitu akrab. Akupun menarik kesimpulan, kau sedang mengadakan prospek ataupun meminta tanggapan masyarakat akan usaha yang tengah kau rintis, keberadaan kampus tercinta STAI Al-Azhar.
Ustadz…
Aku begitu bahagia, sampai akhirnya kuceritakan pada seorang akhwat tentang kebanggaanku punya ustadz yang ramah sepertimu.
“Pedekateji itu, sempat mau jadi caleg,”
Itu tidak benar! Sama sekali tidak benar! Tiba-tiba saja tempramenku naik, ingin rasanya kucakar-cakar wajahnya, aku tidak suka perkataan akhwat itu. Seakan-akan yang kau lakukan adalah kampanye terselubung, ada U dibalik B. Aku tidak habis pikir, kenapa akhwat itu suuzhan? Akupun suuzhan padanya. Dia tidak menghargai kekagumanku padamu. Aku marah!
Setelah beberapa bulan, dewan syuro pun telah menetapkan susunan caleg PKS. Aku melihat namamu berada pada urutan 1 caleg PKS DPRD Provinsi. Kem,bali teringat kata-kata akhwat itu, tapi aku yakin, yang kau lakukan tempo hari bukan karena alasan ini. Ku tahu kau sangat tawadhu, kutahu sebenarnya kau tak ingin jadi caleg. Jelas sekali ketika kau menolaknya dan mengatakan bahwa kau seakan melacurkan dirimu ketika menyodorkan diri dengan foto-foto untuk dipilih. Namun akhirnya kau pun menerimanya, karena ini adalah keputusan syuro, perinsipmu seperti orang-orang beriman terdahulu “sami’na wa atha’na.”
Ustadz…..
Ingin rasanya aku menangis, seandainya saja semua caleg sepertimu. Dan kejadian siang itu, aku yakin kau melakukannnya bukan karena kapasitas sebgai seorang caleg, karena saat itu, syuro belum memutuskan para caleg dari PKS.
Ustadz…
Kami bangga padamu. Tak hentinya kami (mahasiswamu) mempersembahkan doa dan perjuangan mengiringi kesuksesanmu. Karena kami tahu kau memang pantas menjadi wakil rakyat. Never give up!
Bangkitlah bangsaku, Harapan itu masih ada!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Nasehatnya, Jazakumullahu khair